Kamis, 02 Januari 2020

Parafrase Puisi 'Cintaku Jauh di Pulau' Karya Chairil Anwar

Puisi Cintaku Jauh di Pulau adalah salah satu puisi percintaan karya Chairil Anwar. Serang sastrawan yang oleh HB Jassin disebut sebagai Pelopor Angkatan 45.


Puisi Cintaku Jauh di Pulau  menceritakan kisah cinta jarak jauh. Menurut istilah sekarang, Chairil Anwar dalam puisi ini sedang menjalani LDR-an. Puisi ini mengisahkan cinta yang terpisah oleh jarak dan terpisah oleh maut. 

Dalam penggambaran dalam puisi ini, Chairil Anwar menganalogikan hidup (kisah cintanya) dengan perahu dan laut. Sesuatu yang perlu perjuangan dan pelayaran untuk bisa menyatakan rasa cintanya.

Untuk lebih mudah memahami sebuah puisi, maka bisa dilakukan dengan cara membuat parafrase (memparafrasekan) puisi tersebut. Namun, sebelum membuat parafrasenya, lebih baik jika diketahui puisi lengkapnya.

Berikut puisi lengkapnya.


Cintaku Jauh di Pulau



Karya Chairil Anwar

Cintaku jauh di pulau,
gadis manis, sekarang iseng sendiri

Perahu melancar, bulan memancar,
di leher kukalungkan ole-ole buat si pacar.
angin membantu, laut terang, tapi terasa
aku tidak ‘kan sampai padanya.

Di air yang tenang, di angin mendayu,
di perasaan penghabisan segala melaju
Ajal bertakhta, sambil berkata:
“Tujukan perahu ke pangkuanku saja,”

Amboi! Jalan sudah bertahun ku tempuh!
Perahu yang bersama ‘kan merapuh!
Mengapa Ajal memanggil dulu
Sebelum sempat berpeluk dengan cintaku?!

Manisku jauh di pulau,
kalau ‘ku mati, dia mati iseng sendiri.

(Chairil Anwar, 1946)

Parafrase puisi Cintaku Jauh di Pulau digunakan dan dibuat agar lebih mudah memahamipuisinya. Dengan membuat parafrase, kata-kata puisi yang pada dan singkat bisa lebih mudah dipahami. 

Parafrase Puisi Cintaku Jauh di Pulau

(gadis) Cintaku (berada) jauh di pulau (lain),
gadis (yang )manis, sekarang (sedang) iseng sendiri

(ketika) Perahu (telah) melancar, (saat) bulan memancar,
di leher(nya) (ingin) kukalungkan ole-ole buat si (gadis) pacar(ku itu).
angin membantu (perjalanan perahu), laut terang (oleh cahaya bulan), tapi terasa
aku tidak ‘kan (pernah) sampai padanya.

Di (saat) air (laut) yang tenang, di (saat) angin (bertiup) mendayu,
di (saat) perasaan (rindu) penghabisan segala (rasa, dan perahu) melaju
(saat perahu berlayar, justru)Ajal (sedang) bertakhta, sambil berkata:
“Tujukan perahu ke pangkuanku saja,”

Amboi! Jalan (untuk menuju ke arah cintaku) sudah bertahun ku tempuh!
Perahu yang (kunaiki) bersama (segala rasa rindu dan oleh-oleh) ‘kan merapuh!
Mengapa (justru) Ajal (yang) memanggil(ku) dulu
Sebelum sempat (aku bertemu dan) berpeluk dengan cintaku?!

(gadis) Manisku (tetap) jauh di pulau,
kalau ‘ku mati (dan tak sempat bertemu), (sampai) dia mati (akan mati) iseng sendiri (untuk menungguku).

Berdasarkan proses parafrase di atas, puisi Cintaku Jauh di Pulau karya Chairil Anwar ini bisa diubah dalam bentuk paragraf narasi menjadi:

Gadis cintaku sedang berada jauh di pulau lain. Gadis yang sangat manis itu sedang menungguku sendirian.

Ketika perahu yang kusiapkan untuk menemui sudah berlayar, di saat bulan memancarkan cahayanya. Aku berangkan menemuinya dengan membawakan kalung dan oleh-oleh untuknya. Laut sangat tenang, angin pun membantu dengan meniup perahu ke arah tujuan.Laut pun sangat terang. Tapi aku justru merasa tidak akan pernah sampai kepadanya.

Saat laut tenang dan perasaan sangat rindu, justru aku merasa aku akan segera mati. 

Padahal jalan yang kulalui untuk menemui gadis cintaku sudah lama kutempuh, sudah bertahun-tahun. Tapi upaya yang selama ini bersama angan-angan rindu dan oleh-oleh yang telah kusiapkan sepertinya akan hancur. Mengapa harus bertemu ajal sebelum bertemu dengan cintaku. 

Gadis manisku masing sendiri, dan tetap sendiri. Jika aku mati dia pun akan sendiri sampai mati.


Dari narasi di atas, dapat diketahui bahwa aku sedang berusaha menuju menemui gadis pujaan hatinya. Dalam upaya menyatakan dan menemui cintanya, seakan-akan semua hal mendukung. Akan tetapi dalam perjalan justru ajal yang datang terlebih dahulu datang. Perjalanan yang sudah lama ditempuh dan diperjuangkan kalah oleh datangnya ajal tersebut.

Hingga gadis manis akan tetap sendiri menunggu aku. 

Demikian parafrase puisi Chairil Anwar yang berjudul Cintaku Jauh di Pulau. Semoga bermanfat dalam memahami puisi karya sastrawan angkatan 45 tersebut.